Kabar Gembira dari RSU Cut Meutia Pasien Cuci Darah Bisa Mandiri

Sedangkan CAPD menggunakan membran peritoneal sebagai filter zat sisa dan membuang kelebihan cairan. CAPD bisa dilakukan 3-6 kali sehari sesuai kebutuhan, dengan satu cairan sebelum tidur.
Para Dokter Urulogi RSUCM dan instruktur pada program CAPD. Foto Ist

Iklan Baris

Lensa Warga

LHOKSEUMAWE | ACEHHERALD.com –  Terobosan baru dilakukan oleh manajemen Rumah Sakit Umum Cut Meutia (RSUCM), Kabupaten Aceh Utara. Pasien yang menderita sakit gagal ginjal dan harus cuci darah bisa dilakukan secara mandiri melalui metode Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) atau dialisis.

Tiga dokter masing-masing Dr Fadhli Hasan, Sp.U, Dr Hendra Kasti Aji Sp.B., dan Dr Ahmad Fauzan Sp.U., sedang ditatar oleh Instrukstur Dr. dr. Irfan Wahyudi, Sp.U (K) yang merupakan Staf Pengajar FKUI/RSUP Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Mengutip ketarangan Dr Fadhli Hasan Sp.U yang merupakan dokter urulogi Humas RSU Cut Meutia Dr Harry Laksamana kepada Acehherald.com, Minggu (12/5/2024) mengatakan,  CAPD atau metode cuci darah lewat perut yang bisa dilakukan mandiri oleh pasien.

Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis merupakan metode dialisis (cuci darah) yang dilakukan melalui rongga perut (peritoneum), dimana membran atau selaput peritoneum berperan sebagai penyaring sehingga CAPD sering disebut sebagai alternatif dialisis melalui perut bagi penderita gagal ginjal kronis.

Menurut Dr Harry cara kerjanya darah dikeluarkan dari tubuh, disaring oleh mesin, kemudian darah yang telah disaring dimasukan kembali ke dalam tubuh. Hemodialisis biasanya dilakukan di fasilitas kesehatan, seperti pusat dialisis atau rumah sakit.

Sedangkan CAPD menggunakan membran peritoneal sebagai filter zat sisa dan membuang kelebihan cairan. CAPD bisa dilakukan 3-6 kali sehari sesuai kebutuhan, dengan satu cairan sebelum tidur.

Keuntungan CAPD, ujar Harry, bersifat dialisis kontinyu dimana prosesnya alamiah dengan melakukan pembersihan darah secara kontinyu/tidak intermiten, dapat dilakukan mandiri sehingga tidak memerlukan bantuan orang lain dan mudah dipelajari.

Juga dapat mengurangi restriksi diet dan cairan yang ketat, sehingga pasien bisa makan dan minum lebih bebas dari pasien hemodialisis biasa, tidak memerlukan penusukan jarum, karena sudah di pasang selang dari kulit ke dalam perut, dan mempertahankan fungsi ginjal sisa lebih baik.

Baca Juga:  Minggu Pagi KB Bank Syariah Gelar Fun Walk di Lhokseumawe

Tak hanya itu, dapat mengontrol tekanan darah dan volume cairan lebih baik sehingga bermanfaat terhadap kardiovaskuler, kualitas hidup lebih baik dan mengurangi risiko hepatitis C.

Bahkan risiko anemia berkurang serta pemberian EPO dengan dosis yang lebih rendah, angka harapan hidupnya pada awal dialisis lebih baik dibandingkan Hemodialisis (HD), kualitas hidup pasien lebih baik, tidak perlu bolak balik RS untuk cuci darah pakai mesin, sehingga bisa menghemat waktu dan biaya dan pasien bisa traveling, umrah bahkan haji, hanya perlu membawa cairan dialisat sesuai kebutuhan, dan melakukan cuci darah mandiri.

Tips Melaksanakan CAPD

Adapun tips agar CAPD dapat berhasil dan menghindari komplikasi antara lain mencuci tangan untuk mencegah infeksi pada akses/selang kateter CAPD dan mencegah penyebaran kuman.

Lalu, menjaga alat-alat yang diperlukan dalam proses CAPD tetap bersih dan steril, melakukan tata cara CAPD sesuai dengan prosedur yang diajarkan, melakukan CAPD mandiri secara teratur, melakukan CAPD di ruangan yang bersih dan nyaman, AC ruangan sebaiknya dimatikan saat sedang memasukan cairan CAPD.

Kemudian dapat memantau berat badan dan tekanan darah setiap hari dan  menjaga kebersihan kulit dan memeriksa ada tidaknya infeksi pada kulit sekitar akses selang CAPD.

Tentu tidak semua dokter bisa melakukan hal ini. Pembuatan akses CAPD hanya bisa dilakukan oleh dokter spesialis yang kompeten yaitu Spesialis Urologi dan Bedah yang sudah mengikuti pelatihan yang diasuh oleh Instrukstur Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU (K) Staf Pengajar FKUI/RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Pasien yang ditangani adalah Indikasinya Gagal ginjal kronis (CKD stage V) dan  glomerulus filtration rate (GFR) kurang dari 15 cc/menit. Selama ini, ujar Dr Harry, pasien banyak yang tidak mau karena banyak yang infeksi disebabkan karena pasien dan keluarga kurang memperhatikan kebersihan baik tangan, kulit, maupun alat-alat yang diperlukan saat memasukkan cairan dialisat.

Baca Juga:  Aceh Bentuk Dua Posko Carona

Pasien CPAD wajib memperhatikan kebersihan kulit, tangan, dan alat-alat bila perlu saat memasukkan cairan dialisat AC harus dimatikan karena udara dalam AC banyak mengandung kuman.

Operator yang dilatih untuk melakukan tindakan ini adalah dokter ahli di RSU Meutia adalah Dr Fadhli hasan, Sp.U, Dr Hendra kasti aji Sp.B dan Dr Ahmad Fauzan Sp.U.

Ditanya apa beda denga cuci darah yang lama, Dr Harry menjelaskan kalau yang lama metode cuci darah biasa mesti dilakukan di rumah sakit. Sedangkan dengan metode CAPD bisa dilakukan sendiri oleh pasien dirumah. Bisa dilakukan sendiri tanpa ada dokter dan kalau mau konsultasi bisa ke RS poliklinik atau ke praktek pribadi.

Para operataor saat ini masih sebatas pelatihan oleh dr spesialis urologi dari UI Jakarta kepada tiga spesialis RSUCM.

Sebelumnya pasien CAPD yang dari RSU Cut Meutia harus dibawa ke Medan untuk pemasangan alat ini. “Insyaallah kedepannya bisa kita lakukan setelah tenaga kita mendapatkan pelatihan,” ujar Dr Harry. (adv)

Penulis : Yuswardi

Kata Kunci (Tags):
rsucm, rumah sakit umum cut meutia, Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis, metode CAPD, metode cuci darah melalui perut,

Berita Terkini

Haba Nanggroe