Harga Coklat Tembus Rp154.000/Kg, Agen Pengumpul Terima 500 Kg Tapi Stok Langka

Sayangnya, saat harga semakin melambung tinggi, stok bahan baku coklat di kalangan petani Aceh, termasuk di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), langka.
Stok coklat di salah satu gudang penampung milik H Adnan Johan di Medan, Sumut. Foto: Ist

Iklan Baris

Lensa Warga

BLANGPIDIE I ACEH HERALD.com – Harga biji coklat (kakao) kering semakin melambung tinggi. Bahkan pengusaha eksportir di Medan, Sumatera Utara (Sumut), mampu menampung dengan harga  Rp154.000 per kilogram (kg) pada Rabu (17/4/2024).

Harga tersebut melonjak Rp3.200 per kg dibandingkan harga dua hari lalu, Senin (15/4/2024) Rp150.800 per kg. Malahan jika dibandingkan empat bulan sebelumnya harga komoditas ekspor tersebut mencapai Rp110.000  per kg dari harga saat itu hanya sekitar Rp41.000/kg.

Lonjakan harga coklat kering yang di luar perkiraan itu sangat mengejutkan kalangan pedagang penampung hasil bumi, bukan saja di Medan, melainkan juga di Aceh. Sayangnya, saat harga semakin melambung tinggi, stok bahan baku coklat di kalangan petani Aceh, termasuk di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), langka.

H Adnan Johan, salah seorang pedagang penampung hasil bumi asal Kabupaten Abdya yang membuka gudang penampungan di Medan, mengakui kalau harga kakao terus meroket. “Per hari ini (Rabu-17/4/2024), Rp154.000 atau melonjak Rp 3.200 per kg,” katanya kepada Aceh Herald.com.

Salah satu pengusaha eksportir di Medan yang dinilai sangat terbuka soal perkembangan harga kakao adalah PT SCC. Perusahaan ini, akhir Maret lalu, menampung biji kering coklat mencapai Rp139.800 per kg, kemudian melonjak pada 15 April menjadi  Rp150.800, dan meningkat lagi pada Rabu, 17 April menembus harga  Rp154.000 per kg, yang diakuinya rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Dari amatan H Adnan Johan yang sudah sekian  lama berkecimpung dalam bisnis jual beli hasil bumi, lonjakan harga kakao terjadi sejak awal 2024. Sebagai perbandingan disebutkan, akhir tahun 2023 lalu harga coklat hanya Rp41.000, malahan sempat turun Rp 38.000 per kg.

Tiba-tiba harga kakao dalam bahasa latin disebut Theobroma Cacao L ini meningkat sejak awal Januari 2024, sampai Februari, harga ditampung pengusaha eksportir Medan meningkat signifikan mencapai Rp75.000 per kg. Naik lagi  menjadi Rp99.800 per kg pada 15 Maret 2024.

Tidak lama kemudiuan, yaitu tanggal 16 Maret meningkat  lagi menjadi Rp111.500 per kg. Bahkan pada tanggal 26 Maret 2024 harga coklat kering yang ditampung pengusaha eksportir di Medan mencapai Rp139.800 per kg.

Terakhir, posisi 17 April 2024, PT SC, salah satu pengusaha eksportir di Medan menampung biji coklat kering cetak rekor tertinggi Rp 154.000 per kg.

Baca Juga:  Harga Bawang Merah Terbang, Begini Target Ambisius Kementan

Dikutip dari beberapa sumber berita, melambungnya harga coklat selama emat bulan terakhir akibat terbatasnya peredaran bahan baku sejak awal 2024. Penyebab utama kelangkaan karena terjadi krisis panen di negara Pantai Gading dan  Ghana sebagai negara penghasil kakao di dunia.

Lalu, berapa harga biji coklat kering yang ditampung pedagang penampung di Medan. H Adnan Johan menjelaskan pihaknya menampung Rp145.000 sampai Rp148.00 per kg, namun jumlah pasokan stok minimal harus ada sebanyak 500 kg.

Soalnya,  stok bahan baku coklat sekarang ini terjadi kelangkaan. “Jika ada biji coklat kering minimal sebanyak 500 kg, kita tampung Rp 145.000 sampai Rp 148.000 per kg,” katanya.

Biji coklat yang terkumpul, selanjutnya dipasok kepada pengusaha eksportir di Medan. Stok coklat kering di tingkat petani di Aceh terjadi kelangkaan, padahal Provinsi Aceh sebelumnya juga dikenal sebagai daerah penghasil kakao.

Tapi sekarang, pasokan coklat hanya dari Kabupaten Aceh Tenggara, itu pun jumlahnya terbatas. Malahan, dari kabupaten lain di Aceh, pedagang pengumpul memasok coklat ke Medan dalam jumlah ratusan kilogram sekali kirim.

H Adnan Johan, misalnya, hanya menerima pasokan dari pedagang pengumpul dari Meukek, Aceh Selatan dengan jumlah stok paling banyak 500 kg kurun waktu  satu pekan. Sementara dari kabupaten lain, seperti Kabupaten Abdya tidak ada pasokan sama sekali.

Di Kabupaten Abdya, stok biji coklat kering sangat sulit di peroleh, meskipun tingkat harga sangat mengiurkan. Beberapa pedagang pengumpul di Blangpidie yang masih beroperasi menampung coklat dengan hanga sekitar Rp 100.000 per kg, itu dalam dua pekan hanya terkumpul paling banyak 200 kg.

H Adnan Johan,  mengajak petani di Kabupaten Abdya, termasuk di Aceh untuk kembali menggalakkan budidaya tanaman kakao. Ajakan ini, setelah petani Kabupaten Abdya, termasuk di Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Selatan, ramai-ramai menebang pohon kakao yang terjadi era tahun 2000-an.

Tindakan ekstrem ini dilakukan setelah harga kakao di pasaran mengalami stagnan paling tinggi hanya Rp 30.000 per kg.

Kondisi ini semakin diperburuk dengan hama yang menyerang buah coklat yang sulit dikendalikan. Buah kakao yang terserang hama dalam waktu singkat berubah warna menjadi hitam, lalu membusuk dan akhirnya gagal panen.

Baca Juga:  PIM dan PEMA Sepakat Dukung Swasembada Pangan

Alhasil, produksi tanaman kakao turun drastis sehingga para petani tidak bergairah lagi merawat areal tanaman coklat milik mereka. Lalu, para petani mengambil jalan pintas dengan menebang tanaman kakao, kemudian di lahan bekas tersebut ditanami tanaman kelapa sawit.

Tindakan menebang pohon kakao ini terjadi di kawasan Kabupaten Abdya, juga di kawasan Kabupaten Nagan Raya, terutama di Kecamatan Darul Makmur, Kecamatan Tripa Makmur, termasuk Kecamatan Kuala Pesisir.

Dampak dari aksi tersebut, perkebunan tanaman kakao  di daerah tersebut tidak ditemukan lagi. Kalau pun masih ada hanya pohon coklat dalam jumlah terbatas tumbuh di lahan perkarangan rumah, pojok-pojok kebun dan di pagar areal perkebunan lain di kawasan pedesaan.

Galakan Budi Daya Kakao

Sebelumnya, Kadir, salah seorang pedagang yang masih eksis penampung  hasil tanaman coklat di Abdya ketika dihubungi Aceh Herald.com, mengakui stok bahan baku kakao di petani sangat sulit diperoleh, meskipun tingkat harga tinggi.

Ia membuka tempat penampungan di Jalan Iskandar Muda, Desa Geulumpang Payong, Blangpidie, Abdya, tapi biji coklat yang diperoleh dari luar kabupaten setempat, jumlahnya pun sangat-sangat terbatas.

Dalam satu atau dua minggu hanya terkumpul 200 sampai 500 kg, kemudian dipasok ke pedagang Medan, Sumut. Harga kakao yang ditampung Rp 90.000 sampai Rp 100.000 per kg, itu pun harus dikeringkan kembali.

Kadir yang sudah cukup lama mengeluti bisnis penampungan kakao kering dan hasil bumi lainnya menjelaskan bahwa upaya mengatasi kelangkaan kakao yang terjadi sekarang ini, pemerintah perlu menumbuhkan kembali semangat petani untuk menanam tanaman coklat.

Kadir menyarankan agar pemerintah  mengarahkan petani untuk membuka perkebunan coklat dengan memanfaatkan lahan kawasan pegunungan di kecamatan-kecamatan.

Lahan pengunungan dikatakan cocok untuk budidaya kakao, hanya saja yang perlu diketahui bahwa pengelola areal tanaman kakao harus benar-benar serius, dalam artian petani harus menjadikan lokasi perkebunan sebagai tempat tinggal kedua bagi petani.

Terkait hal ini, disarankan Pemkab Abdya  perlu membantu pembangunan rumah bantuan di kawasan pegunungan sebagai tempat tinggal petani untuk merawat kebun miliknya.

Kemudian, pemerintah juga perlu kesiapan membantu petani untuk mengatasi hama ganas yang menyerang buah kakao sebagaimana terjadi sebelumnya.

Penulis: Zainun Yusuf (Aceh Barat Daya)

Kata Kunci (Tags):
kakao, petani coklat, agen pengumpul, pedagang penampung, harga coklat, petani coklat abdya,

Berita Terkini

Haba Nanggroe