BBM Pertalite Diganti Pertamax Green 92, Menteri Buka Suara

Saat ini Pertamina tengah melakukan studi atas rencana pencampuran BBM Pertalite dengan etanol 7% (E7).
Foto: Analis menyiapkan sample untuk melakukan uji distilasi di ruang laboratorium Integrated Terminal Pertamina, Pelumpang, Jakarta, Selasa (27/9/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Iklan Baris

Lensa Warga

JAKARTA | ACEHHERALD.COM –  Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara perihal usulan PT Pertamina (Persero) yang akan mengubah Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis RON 90 atau Pertalite menjadi Pertamax Green 92.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan saat ini Pertamina tengah melakukan studi atas rencana pencampuran BBM Pertalite dengan etanol 7% (E7). Hal tersebut dilakukan guna mengetahui seberapa besar emisi yang dapat ditekan melalui produk bbm bersih ini.

“Lagi dicoba, teknisnya oke gak? Kemudian nanti dari emisinya oke gak? oke kan. Nanti juga dari costnya,” ujar Arifin di Jakarta, Senin (9/10/2023).

Selain itu, pihaknya juga perlu memastikan terlebih dahulu ketersediaan etanol dan produk turunannya di dalam negeri untuk program campuran BBM ini. Mengingat, kebutuhan tebu untuk produksi gula saja di Indonesia masih kurang.

“Sekarang aja gula kita masih impor, kita harus kembangin kebun tebu, kemudian maksimalkan produksi gula dalam negeri ya itu berkembang terus,” kata Arifin.

Menurut Arifin apabila produksi gula di dalam negeri sudah berlebih, maka bahan baku tebu selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk produksi etanol.

“Kalau ini berkembang, kelebihannya bisa kita bikin etanol atau memang ada yang spesial area dedicated untuk memang bangun etanol industri. Kita punya potensi gede,” ujarnya.

Seperti diketahui, PT Pertamina (Persero) terus berupaya mengembangkan bahan bakar nabati (BBN) yang ramah lingkungan. Ini dilakukan guna menekan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) yang semakin membludak.

VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan sejak beberapa tahun terakhir ini, pihaknya terus mengembangkan pencampuran BBN jenis Biodiesel dengan BBM jenis Solar. Mulai dari B5 yakni pencampuran 5% Biodiesel dengan 95% bahan bakar minyak jenis Solar, hingga B35.

Baca Juga:  Wapres Ma'ruf Amin Apresiasi Aceh Terdepan Terapkan Ekonomi Syariah

“Artinya 35% campuran biodiesel dan 65% solar,” kata Fadjar dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Selasa (19/9/2023).

Selain program biodiesel, Pertamina pada Juli lalu juga meluncurkan produk BBM Pertamax Green 95. Produk ini merupakan campuran Pertamax beroktan 92 dengan etanol 5%.

“Semangatnya adalah bagaimanaa Pertamina terus mencari inovasi menggunakan bahan bakar nabati karena bahan tersebut ada dalam negri kita gak perlu impor,” ujarnya.

Misalnya seperti bioetanol, diproduksi dari bahan dasar yang mengandung glukosa, yaitu limbah tetes tebu (molase). Adapun molase didapat dari perkebunan tebu yang ada di Mojokerto.

“Jadi kita berdayakan perkebunan tersebut. Sehingga kalau jumlahnya meningkat akan berdampak bagi petani tebu. Jadi pemanfaatan bahan bakar nabati ini yang ke depan harus kita kembangkan mengacu pada yang ada di Indonesia,” ujarnya.

Sumber: cnbcindonesia.com

Berita Terkini

Haba Nanggroe