JAKARTA | ACEHHERALD.COM – Viral warganet di Instagram Mendikbud Nadiem Makarim menyuarakan untuk menghilangkan wisuda TK hingga SMA. detikEdu coba menjaring suara pembaca atas pro kontra ini. Hasilnya, mayoritas detikers (91,6%) menolak wisuda yang digelar TK-SMA.
Polling detikcom ini dibuka sejak Jumat (16/6/2023) jam 10.00 WIB dan cut off hasil polling detikEdu ini pada Sabtu (17/6/2023) jam 11.00 WIB, didapatkan total 363 detikers menyampaikan pendapatnya melalui fitur Pro Kontra dengan pertanyaan Pro Kontra Wisuda TK-SMA Ditiadakan: Setuju Nggak? dengan 2 pilihan polling ‘Setuju, buang duit’ dan ‘Nggak, buat kenangan’.
Dari 363 detikers, 332 atau 91,6% setuju wisuda TK-SMA dihilangkan, dan sisanya 31 (8,3%) detikers lainnya tidak setuju yang didasari dengan alasan. Selisih yang setuju wisuda TK-SMA dihilangkan dengan yang tidak setuju cukup jauh, sekitar 302 suara. Berikut uraian hasil polling, dengan kutipan asli yang dituliskan detikers namun dengan perbaikan ejaan.
Tidak Setuju Wisuda TK-SMA Dihilangkan
Untuk Kenangan dan Bisa Digelar Sederhana
detikers berakun Hengki mengatakan wisuda TK hingga SMA bisa mengenang momen mereka tamat sekolah di setiap tingkatan.
“Kenapa ortu pada ribut? Itu kan buat anak anak dapat mengenang momen mereka tamat dari TK, SD, SMP, SMA dan Universitas. Kalau kita ortu dulu tidak mengalami dan tidak punya kenangan, jangan sampai anak kita juga mengalami dan merasakan,” tulis Hengki.
“Harus tetap ada.. kapan lagi orang tua menyaksikan keberhasilan jenjang pendidikan anak? Momentum berharga dan akan menjadi memori/ kenangan di masa tuanya,” tulis detikers berakun Samuel Pandjaitan.
detikers lain yang tidak setuju wisuda TK-SMA dihilangkan dengan alasan biaya mahal, memiliki argumen bahwa wisuda TK-SMA bisa dibuat sederhana dan tak terlalu membebani secara finansial.
“Wisuda, tergantung bagaimana mengemasnya, mau dibikin mahal maupun murah bahkan tanpa biaya bisa! Itu tergantung bagaimana kebijakan dalam kesepakatan komite sekolah dengan sekolahnya. Tentu perlu pertimbangan yang luas, yang pasti, wisuda merupakan momen seremonial dalam menyelesaikan suatu jenjang pendidikan yang tentunya jadi kenangan,” jelas detikers berakun Widayanto.
Sementara detikers berakun Liong Lie Hok, mengatakan semua wisuda di tiap tingkatan sekolah adalah seumur hidup sekali. Jadi, jangan menganggap remeh momen yang membuat kenangan itu.
“Wisuda bisa dibuat sederhana, semampu sekolahnya, tidak perlu yang wow. Karena itu meskipun dianggap remeh tetap kenangan, once in a life time… juga tempat di mana anak-anak kita merasa bangga, gembira, excited,” tulis Liong.
Ditambahkan detikers berakun Agustinus, wisuda bisa digelar sederhana dengan konsep lebih kreatif. Pinjem gedung sekolah hingga sewa toga yang dipakai beramai-ramai bisa dilakukan.
“Mungkin prosesi wisuda yang perlu dipelajari lagi dan acara wisuda bisa lebih kreatif, ini salah satu contoh ya pinjam ruangan sekolah, sewa 1 / 2 baju wisuda pakai rame-rame (atau sekolahan bisa fasilitasi). Kalau mahal buat sekreatif mungkin, bisa baju bebas dengan identik budaya (topi wisuda dari sekolah atau pinjam dari topi wisuda guru hehehe) Saran: ciptakan anak lebih kreatif dan hasilnya berkesan,” tulis Agustinus.
detikers berakun Sycosid mengatakan setuju saja ada wisuda di tiap jenjang pendidikan asal jangan mahal biayanya. Biaya bisa ditekan untuk persediaan konsumsi saja.
“Namanya selesai 1 jenjang pendidikan mau dibuat wisuda setuju saja tapi jangan mahal biayanya, kalau boleh cuma Rp 50 ribu sebagai biaya konsumsi dan nggak perlu juga harus pake baju wisuda segala dengan dekorasi aneh-aneh. Tujuan wisuda cukup untuk pelepasan siswa yang lulus dan perpisahan murid yang nanti tidak 1 sekolah lagi di jenjang selanjutnya,” tulis Sycosid.
Setuju Wisuda TK-SMA Dihilangkan
Kembalikan Wisuda Hanya untuk Lulus Kuliah
Beberapa detikers menyuarakan agar wisuda dikembalikan khusus untuk yang lulus kuliah. Bila ada di setiap jenjang pendidikan, nilai kesakralan wisuda akan jauh lebih berkurang.
“Kembalikan seperti dulu. Wisuda hanya untuk lulusan perguruan tinggi,” tulis detikers berakun Max Syiad.
“Lebih tepat wisuda untuk tamat PT (Perguruan Tinggi), masalah setelah lulus SMA/SMK tidak lanjut kuliah kan bisa saja setelah bekerja dan sudah cukup dananya lanjut kuliah. Kembalikan nilai sakral dan magis memakai toga waktu wisuda sebagai tanda/apresiasi perjuangan selama kuliah,” tulis detikers lain berakun Bungsu P Sinabutar.
“Wisuda sebaiknya pas lulus kuliah aja, karena ortu tidak perlu mikirin dana lagi untuk melanjutkan jenjang berikutnya. Kalau dari TK-SMA kan ortu mesti mikirin dana untuk masuk sekolah, baiknya buat acara perpisahan aja dengan kostum bebas jadi nggak perlu pusing sewa-sewa jas or kebaya. Dan jadu ngga sakral lagi wisuda universitas kalau di sekolah selalu wisudaan,” tulis akun Mr Ryo.
Sedangkan menurut detikers berakun Puji Aja, anak TK toh belum mengerti makna perjuangan wisuda tapi sudah dikasih toga.
“Setuju, kembalikan marwah dan sakralnya wisuda, jangan karena pengin momentum keberhasilan sekolah jadi alasan. Cukup seremoni perpisahan aja untuk jenjang sekolah. Wisuda untuk yang kuliah. Kasihan anak TK belum ngerti apa-apa udah dikasih toga, dikasih topi wisuda, tapi nggak ngerti makna perjuanganya,” tulis Puji Aja.
Mahal dan Jadi Beban Finansial
Mahal dan jadi beban finansial. Alasan ini banyak disuarakan detikers. Seperti detikers berakun Endeavour, menurutnya kalau setiap tamat sekolah beli toga, itu adalah pemborosan.
“Untuk tingkat TK-SMA sebaiknya dibuat acara perpisahan atau pentas seni saja seperti zaman saya sekolah dulu, lulus kuliah baru wisuda. Sangat boros kalau sejak TK harus beli toga yang cuma dipakai sekali, lalu beli lagi saat SD, SMP, SMA, kuliah. Atau jangan-jangan ini pemberdayaan UMKM?” tulis Endeavour.
Bagi siswa yang orangtuanya mampu, mungkin tidak masalah. Bagaimana bila siswa itu orangtuanya merasa berat dengan biaya wisuda, sementara mesti menyiapkan dana untuk jenjang sekolah berikutnya?
“Tidak setuju karena cukup berat. Contoh saya sendiri alami, anak pertama lulus SMP adakan wisuda, kemudian adiknya lulus SD. Di saat bersamaan harus membiayai kebutuhan sedangkan pnghasilan belum cukup untuk membiayai, akhirnya meminjam uang mlalui koperasi karena tidak ingin membuat anak jadi sedih. Untuk komite sekolah, tidak selamanya mendukung acara wisuda. Saran saya kalau bisa cukup penyerahan rapor saja,” tulis detikers berakun Yulianto Utiarachman.
Sementara detikers berakun Endro Kristianto, mengatakan biaya untuk wisuda di pendidikan dasar dan menengah minimal Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta.
“Setuju banget, nggak ada manfaatnya. Buat aja perpisahan sederhana di sekolah ditambah buku tahunan kalau memang mau ada kenangan. Tidak harus acara wisuda yang harus sewa gedung. Orang tua murid dibebankan minimal Rp1 juta-1,5 juta, untuk apa? Tidak ada manfaatnya. Orang tua yang tidak sanggup bayar pada akhirnya orang tua yang lain yang harus mensubsidi. Belum lagi perasaan anak yang orang tuanya tidak sanggup bayar,” tulis Endro.
Akun detikers Benzagee mengungkapkan asisten rumah tangganya harus merengek pinjam uang Rp 1,5 juta yang ternyata untuk kebutuhan wisuda.
“Barusan..pembantu saya nangis-nangis mau pinjam duit Rp 1,5 juta, saya tanya untuk apa? Ternyata untuk wisuda anaknya lulus SMP. Dan itu acara wajib diikuti. Banyak acara tidak terlalu penting menjadi beban orang tua,” tulis Benzagee.
“Setuju dihapuskan saja Wisuda TK-SMA/SMK. Karena tidak ada faedahnya, buang-buang uang. Tidak semuanya mampu boss…dikira sekolah lanjutan gratis kali ya,” tulis Zaenal.
Esensi dan Manfaat Dipertanyakan
Esensi dan manfaat kegiatan wisuda juga dipertanyaan. Seperti detikers berakun Tha Mandalore, yang menyatakan wisuda di semua jenjang baiknya dihapus saja, karena tak menjamin apapun di dunia nyata.
“Wisuda itu dari TK bahkan sampai kuliah tidak ada faedahnya, tidak esensial, tidak membuat status seseorang langsung diterima di jenjang berikutnya atau diterima kerja. SAMA SEKALI TIDAK BERGUNA. Entah mengapa pamor gaya-gayaan atau alibi kenangan menjadi faktor kuat adanya wisuda ini. Wisuda kuliah juga sama saja. Saya kuliah sampai S2 begini tidak wisuda juga tetap diterima kerja. Lembaga/perusahaan yang mempekerjakan saya tidak bertanya bagaimana wisuda kamu. WISUDA DI SEMUA JENJANG PENDIDIKAN DIHAPUS SAJA,” tulis The Mandalore.
Sedangkan detikers berakun Agus, mengajak berpikir kembali apa tujuan dan manfaat wisuda TK hingga SMA ini.
“Mau SMA atau TK wisuda itu tujuannya apa dulu, kalau orang mau mikir sebenarnya manfaat dan tidaknya lebih banyak kurang bermanfaatnya. Mau kuliah atau tidak lulus SMA tidak punya gelar kenapa harus diseremonial wisuda. Kalau buat kenangan ya buat acara tanpa seremonial wisuda kan bisa, tapi tidak semudah itu kita menyampaikan aspirasi. Perlu campur tangan penguasa yang bisa memberikan aturan atau arahan yang baik,dan ini bukan hanya untuk sekolah negeri saja sekolah swasta juga perlu diatur,” tulis Agus.
Ajang Pamer Status Sosial dan Rawan Jadi ‘Proyekan’
detikers berakun Pri mengatakan wisuda TK-SMA bisa jadi ajang pamer kelas sosial.
“Setuju banget.. hapus aja. Makin ke sini keliatan banget sekolah-sekolah ingin menunjukkan kelasnya. Makin favorit atau elit itu sekolah, ya sewa gedungnya harus yang mahal juga, ngga ada cerita bikin acara di lapangan sekolah atau di hall sekolah,” tulis Pri.
detikers berakun Oscaro Italiano mengatakan wisuda TK-SMA rawan dimanfaatkan sebagai ‘proyek’ atau lahan mencari keuntungan oknum-oknum tertentu.
“Ya kalau acaranya bermewah-mewah dan biayanya dibebankan ke orang tua, itu buang-buang uang. Karena orang tua butuh uang untuk biaya masuk sekolah lanjutan setelah lulus. Umumnya seremonial begituan jadi proyek berbagai pihak. Orang tua murid yang dibebankan biayanya. Ingat, saat kita mampu, enteng bayar-bayar. Tapi gimana dengan orang yang saat itu sedang tidak mampu secara finansial? Masa anaknya lulus tapi nggak ikut acara wisuda-wisudaan karena orang tuanya nggak ada uang. Kasihan kan. Seperti dulu saja, acara kelulusan biasa,” tulis Oscaro.
“Setuju dihapus. Tidak ada manfaatnya, cuma jadi bisnis oknum tertentu yang biasanya paling semangat wisuda-wisudaan,” tulis detikers berakun Rullybandung.
Sumber: detik.com