BANDA ACEH I ACEHHERALD.com – Jalan nasional di kawasan Seulawah yang tak jauh dari perbatasan Aceh Besar-Pidie atau kilometer 80-81, kembali longsor atau terjadinya penurunan sebagian badan jalan. Sejak beberapa hari terakhir, kawasan itu sedang dikerjakan oleh pihak PU.
Akibat longsoran badan jalan itu, terjadi kemacetan panjang di di kawasan dimaksud, sejak tadi malam. Bahkan puluhan kendaraan harus memutar ke Simpang Beutong dan memilih jalur alternatif dengan melewati jalur Laweung-Krueng Raya-Banda Aceh.
Jalur alternatif yang seharusnya hanya peruntukan kendaraan minibus dan bukan kendaraan penumpang jenis AKAP itu, membuat terjadi ancaman kerusakan badan jalan, karena di luar peruntukan tersebut.
Seperti dilaporkan KBA.one, pagi tadi, puluhan kendaraan berbadan lebar jenis truk dan bus antarkota-antarprovinsi terpaksa memutar arah balik karena badan jalan di kilometer 80-81 Gunung Seulawah, Aceh, amblas akibat pergeseran struktur badan jalan, Selasa (31/01) hingga Rabu (01/02/2023) dini hari tadi. Kerusakan itu tak jauh dari lokasi badan jalan yang sedang diperbaiki, dalam beberapa hari terakhir.
Amblasnya badan jalan itu diduga kuat karena hujan lebat yang terus mengguyur seputaran Gunung Seulawah dalam nyaris dua pekan terakhir. Lereng-lereng gunung curam dan kontur tanah yang gembur salah satu penyebab badan jalan amblas ke dalam dan longsor. “Hanya mobil-mobil pribadi dan kendaraan bermotor yang bisa lewat, truk dan bus gak bisa,” kata Hendra DS, kepada KBA.ONE via telepon seluler dari lokasi, Rabu dini hari 1 Februari 2023.
Anggota DPR Kota Medan yang tengah melintas menuju Banda Aceh ini mengaku ia dan teman sejawatnya terjebak sekitar 5 jam di kaki Gunung Seulawah. “Dari pukul 01.00 sampai lepas subuh. Ini kami baru lolos,” cerita Hendra DS.
Kata Hendra, antrean kendaraan yang terjebak di kawasan itu cukup panjang, mengular sekitar 3 hingga 5 kilometer. Sementara beberapa kendaraan mini bus berbadan kecil bergerak giliran melintasi badan jalan yang hanya bisa dilewati satu kendaraan. “Separuh badan jalan amblas,” jelas Hendra.
6 Titik Longsor
Sebelumnya, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Mahdinur, seperti dilansir dari laman Kompas.com, menjelaskan pihaknya sudah mengirimkan Tim Geologi ke kilometer 80-81, Saree-Padang Tijie, untuk mengamati dan menganalisis.
Berdasarkan hasil peninjauan, penyelidikan dan pengamatan, serta analisis geologi, katanya, di antara amblasnya badan jalan lintasan jalan nasional Km 80-81 itu, ada 6 lokasi titik longsor. Secara geologi, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya longsoran atau pergerakan tanah di sekitar KM 80 Jalan Banda Aceh-Medan.
Salah satunya, jelas Mahdinur, karena jenis batuan pada lokasi berupa satuan tuf yang berumur kuarter dari formasi gunung api Lam Teuba. “Satuan tuf mengandung lempung yang mudah menyerap air. Lempung akan mengalami pengembangan (swelling) saat menyerap air sehingga membuat ikatan antar butir menjadi tidak stabil,” jelas Mahdinur.
Ia menambahkan batuan ini juga bersifat lepas dan belum terkompaksi sehingga rentan terhadap longsor. Selain itu, curah hujan yang tinggi menyebabkan material menjadi lebih berat meningkatkan beban sehingga terjadi gerakan tanah.
Faktor penyebab lainnya, menurut Mahdinur, adalah kestabilan lereng. Lereng memiliki kemiringan yang curam. Ketika ikatan antar butir tidak stabil dan kemiringan yang curam maka menyebabkan pergerakan tanah.
Mahdinur mengimbau masyarakat agar berhati-hati ketika melewati jalan di lokasi ini, terutama saat intensitas hujan tinggi seperti beberapa hari terakhir ini. “Longsor dan ablasnya jalan raya juga terjadi di lintas Meulaboh, Aceh Barat-Geumpang, Pidie, dan jalur lintas Takengon-Gayo Lues,” kata Mahdinur.