JAKARTA | ACEHHERALD — Inovasi ban tanpa udara atau Unique Puncture-proof Tire System (Uptis) diyakini bisa menggantikan ban konvensional di masa depan. Beberapa produsen ban sudah berkomitmen untuk memproduksi ban antibocor tersebut, di antaranya Michelin.
Michelin sudah menetapkan target produksi ban tanpa udara pada 2024, dan mulai dijual ke pasar satu tahun kemudian.
Selain perusahaan ban asal Prancis itu, Bridgestone yang merupakan produsen ban asal Jepang juga akan memasarkan ban tersebut, target pertama konsumennya adalah perusahaan bus dan kendaraan niaga lain.
Kelebihan
Tak perlu tambal ban
Tanpa udara berarti tidak akan ada kebocoran seperti risiko ban konvensional. Bentuk ban tanpa udara tetap membentuk lingkaran sebab ditopang struktur khusus yang juga berfungsi meredam getaran dan hantaman permukaan jalan.
Tanpa takut bocor dapat membuat pengemudi merasa lebih aman saat berkendara, bahkan saat melindas objek-objek tajam atau keras di jalan.
Tidak perlu ban serep
Ketika ban tanpa udara dapat diandalkan secara komersial, maka mobil bisa saja tak perlu lagi membawa ban serep.
Hal ini bisa memengaruhi desain mobil karena tanpa ban cadangan berarti lebih banyak ruang yang bisa dimanfaatkan. Selain itu minus ban cadangan artinya beban mobil menjadi lebih ringan dan energi yang dikeluarkan untuk berkendara menjadi lebih sedikit atau dengan kata lain konsumsi bahan bakar bisa berkurang.
Mengurangi emisi karbondioksida
Melansir Bridgestone, 90 persen energi yang dikeluarkan diklaim hilang dalam putaran ban setiap terjadi perubahan bentuk akibat mengikuti kontur jalan. Oleh karena itu, penggunaan ban tanpa udara dengan struktur yang lebih sederhana dapat memangkas persentase kehilangan energi tersebut.
Efisiensi energi ini akan membantu mobil merendahkan emisi gas karbondioksida yang dibuang melalui knalpot.
Limbah ban berkurang
Michelin menjelaskan penggunaan ban tanpa udara akan mengurangi jumlah limbah ban secara signifikan.
Michelin mencatat setiap tahun terdapat limbah ban seukuran 200 kali Menara Eiffel yang merupakan hasil dari ban rusak karena bocor atau kehilangan tekanan, serta penggunaan ban yang tidak biasa.
Mengganti ban konvensional dengan ban tanpa udara diklaim dapat mengurangi angka limbah tersebut.
Kekurangan
Kurang estetik
Meskipun ban tanpa udara menjadi terobosan teknologi otomotif, ada hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaannya. Masalah estetika menjadi pertimbangan.
Ban tanpa udara didesain menyatu dengan pelek, sehingga bagian pelek dan ban disebut menjadi sebuah kesatuan yang tak bisa diganti.
Lebih mahal
Sejumlah produksen ban mengumumkan harga ban tanpa udara di kisaran US$40 hingga US$65 atau sekitar Rp622 ribu sampai Rp2 juta per ban (kurs Rp15.568), dilansir dari CNN Indonesia.