BANDA ACEH I ACEHHERALD – Munculnya rangkaian statemen yang terindikasi sebagai pelemahan eksistensi syariat Islam di Aceh, patut diduga sebagai order dari pihak pihak yang tak menyenangi pelaksanaan Syariat Islam di Aceh. Statement yang terindikasi pelemahan Syariat Islam itu muncul dalam dua pekan terakhir.
Hal itu mengemuka dalam pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) Aceh di Sekretariat PWI Aceh, Rabu (10/08/2022) malam. Pengjian itu sendiri diisi oleh Prof DR H Muhammad AR Med yang juga Ketua Dewan Dakwah Aceh.
Bentuk yang dinilai sebagai pelemahan itu adalah statemen yang seakan pelaksanaan Syariat Islam di Aceh lemah dan peru dievaluasi. Bahkan ada juga pernyataan yang dinilai aneh dan membingungkan, karena pernyataan itu menyebutkan, sudah saat nya Dinas Syariat Islam dibubarkan dan dilebur ke lembaga lain.
Floor pengajian itu menyayangkan tentang munculnya pernyataan yang dinilai kontroversi itu. Karena yang memberi statemen adalah orang orang yang dinilai mumpuni serta paham dari segala lini. Malah ada pihak yang mengaitkan, pernyataan itu keluar hanya hitungan hari setelah Rektor UIN Arraniry dilantik.

Pengajian rutin mingguan KWPSI itu sendiri, malam ini, mengusung tema “Bahaya Kemunafikan”. Menurut Prof Muhammad, sesuai dengan sejarah Islam, munafik itu sudah ada sejak zaman Rasulullah. Secara khusus munafik itu hanya diketahui oleh orang orang terdekat. “Tokoh munafik di era Rasulullah adalah Abdullah bin Ubay hingga sahabat hendak menghabisi Abdullah bin Ubay, namun dicegah oleh Rasulullah,” kata Muhammad.
Belakangan Allah menurunkan surah Attaubah ayat 80 dan 84 yang menyatakan secara khusus posisi orang orang yang munafik, yaitu dianggap telah kafir kepada Allah. “Shalat jenazah saja tak boleh dilakukan untuk orang orang yang memang terbukti munafik,” kata Ustad Muhammad..
Menurut Ketua DDA itu, untuk terhindar dari munafik yang kadung merasuk sanubari adalah dengan melakukan shalat arbain atau shalat berjamaah selama 40 waktu secara disiplin tanpa jeda dan takbir pertama bersama imam. “Arbain namanya. Jadi arbain itu bukan hanya di Madinah yang delapan hari shalat berjamaah secara berturut turut, namun juga bisa di tempat lain.