Cot Trieng, Rawa-rawa Bekas Pengepungan Disulap Menjadi Sawah Produktif

INGAT COT TRIENG ingat pengepungan bersenjata. Ingat Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Muzakir Manaf yang disebut-sebut terkurung di rawa-rawa gambut yang saat itu, tahun 2000-an dikenal seram. Tapi kini, bicara tentang Cot Trieng adalah bicara kemakmuran, bicara lumbung padi yang menjanjikan. Di bekas lahan yang pernah didera konflik Aceh pada tahun 2000 itu, kini sudah … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

Wakil Walikota Lhokseumawe H Yusuf Muhammad bersama Muspika dan warga tani melakukan panen padi di Cot Trieng.

INGAT COT TRIENG ingat pengepungan bersenjata. Ingat Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Muzakir Manaf yang disebut-sebut terkurung di rawa-rawa gambut yang saat itu, tahun 2000-an dikenal seram.

Tapi kini, bicara tentang Cot Trieng adalah bicara kemakmuran, bicara lumbung padi yang menjanjikan. Di bekas lahan yang pernah didera konflik Aceh pada tahun 2000 itu, kini sudah menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Lhokseumawe.

Rawa-rawa di Desa Cot Trieng Kecamatan Muara Satu yang sebelumnya dianggap rawan dan seram, kini berubah setelah disunglap duet Walikota Lhokseumawe Suaidi Yahya dan wakilnya, H Yusuf Muhammad menjadi lahan produktif.

Waktu itu, 22 tahun yang lalu siapa yang tak tahu bahwa Cot Trieng, sebuah rawa-rawa yang dinilai menjadi salah satu tempat persembunyian pasukan Muzakir Manaf, Sofyan Daud, dan Ahmad Kandang, hingga berhari-hari Cot Trieng dikepung oleh aparat keamanan, hingga pasukan elit TNI AD Kopasus.

Tetapi, itu rawa-rama Cot Trieng lama, sekarang hamparan rawa-rawa di Desa Cot Trieng itu sudah diubah menjadi areal persawahan warga yang sudah menghasilkan.
Kini, bahkan Pemerintah Kota Lhokseumawe telah menjadikan kawasan Cot Trieng sebagai sentra pertanian di bekas Kota Petro Dolar tersebut.

Sebagai daerah rawa-rawa yang sudah dijadikan sentra produksi pertanian, pada hari Kamis 16 April 2020, Wakil Walikota Lhokseumawe Yusuf Muhammad melakukan panen padi di lokasi tersebut. Jenis tanaman padi yang dipanen pada hari itu adalah padi Hazton.

Penanaman padi jenis Hazton diilakukan oleh kelompok tani Kuala Muda di lahan seluas 5 hektare.

Wakil Walikota Lhokseumawe H Yusuf Muhammad panen padi di Cot Trieng.

Wakil WaliKota Yusuf Muhammad saat melakukan panen padi di bekas rawa-rawa itu menyatakan dukungan Pemko Lhokseumawe pengembangan lahan tersebut dengan menerjunkan sejumlah tenaga pendamping dan penyuluh.

Baca Juga:  Poliklinik Pinere Siap Layani Masyarakat, Ini Jadwal Operasionalnya...

Melalui Dinas Kelautan Perikanan, Pertanian dan Pangan (DKPPP) Lhokseumawe memberikan pendampingan dengan melibatkan sejumlah tenaga penyuluh pertanian agar sawah di lokasi ini bisa menghasilkan.

Namun, Cot Trieng meski dikenal sebagai daerah rawa-rawa, namun bagi petani di sana mengaku masih ada kendala dalam mengelola lahan di lokasi itu. Ya kendalanya adalah ketersediaan air yang masih tergantung pada air hujan.

Untuk mengatasi kendala tersebut, Pemko Lhokseumawe memang sudah merencanakan membangun waduk atau tempat penampung air yang permanen untuk kebutuhan persawahan Cot Trieng.

Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lhokseumawe, Yukon Afrinaldo
mengatakan pihaknya siap membantu kelompok tani berupa bibit dan obat-obatan untuk lahan seluas 5 hektare dari total lahan 50 hektare hamparan sawah di bekas pengepungan bersenjata tersebut.

Alhamdulillah, produksi padi di bekas lahan perang tersebut, tiap hektarenya bisa menghasilkan padi 4 hinga 5 ton  per sekali panen, kata Kepala Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Pangan (DKPP) Kota Lhokseumawe Muhammad Rizal MSi.

Lebih Kepala DKPP Muhammad Rizal mengatakan pengembangan program rawa-rawa Cot Tring untuk areal persawahan sudah dimulai pada 20 Mei 2019 lalu dan penanaman dilakukan pada 20 Januari 2020.

Berita Terkini

Haba Nanggroe