
PEUREULAK I ACEHHERALD.com
Sejumlah Puskesmas dan Rumah Sakit di Aceh Timur menolak bantuan yang didatangkan langsung dari Medan Sumatera Utara oleh beberapa warga Tionghoa tanpa melengkapi dokumen resmi, Selasa (9/6/2020) siang.

Kedatangan rombongan orang-orang mata sipit membawa masker, alat pelindung diri (APD), dan obat-obatan untuk bantuan kepada Puskesmas dan rumah sakit itu, langsung memicu kemarahan sebagian warga termasuk beberapa tenaga medis.
Sebagaimana terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Abdul Aziz Syah (SAAS) Peureulak Aceh Timur pada, Selasa siang. Karena tidak memenuhi protokoler kesehatan atau tidak membawa surat resmi dari instansi dimana obat itu diperoleh, maka pihak rumah sakit menolak menerimanya.
Disebut-sebut, sebelum mendatangi RSUD SAAS Peureulak, warga Tionghoa asal Medan itu terlebih dahulu masuk ke sejumlah Puskesmas termasuk Puskesmas Julok, Aceh Timur. Tapi tidak terkonfirmasi apakah pihak Puskesmas menerima alat-alat dan obat-obatan tersebut.
Namun Direktur RSUD SAAS Peureulak, dr Darma yang dihubungi Acehherald.com via telepon selularnya, Rabu (10/6/2020) pukul 08.00 WIB tadi pagi menolak keras bantuan dari warga Tionghoa yang tidak dilengkapi dokumen resmi.
Penolakan itu dilakukan karena mereka tidak mampu menunjukkan kelengkapan administrasi serta tidak ada pendampingan.
Warga Tionghoa itu hanya menyebut ini bantuan dari Yayasan Budha Suci.
Meski itu bantuan sosial, tapi dr Darma tetap tidak bersedia menerimanya.
“Ini tidak lazim bantuan orang dari luar Aceh itu, masuk ke Puskesmas atau rumah sakit di Aceh Timur tanpa dokumen resmi dan tidak ada pendampingan dari instansi terkait” terang dr Darma lagi.
Oleh karena itu, lanjut dr Darma, pihak rumah sakit terpaksa membatalkan kegiatan serahterima bantuan, demi menghindari kecemasan masyarakat dan
petugas di RSUD SAAS Peureulak.
Sebelum meninggalkan RSUD SAAS Peureulak, WNI turunan asal Medan itu berjanji kepada dr Darma bahwa mereka akan memenuhi protokoler kesehatan dan dokumen lainnya untuk memberi bantuan ketempat zona hijau seperti Aceh Timur.
“Jadi masalah ini sudah klier” demikian dr Darma.
Penulis Ridwan Suud: (Aceh Timur/Langsa).