Ied Mengembalikan Kegembiraan Umat Islam

BANDA ACEH I ACEHHERALD.com – Sudah selayaknya umat Islam menyambut gembira Hari Raya Idul Fitri, sebagai perwujudan kegembiraan dari hasil ibadah sempurna yang dilakukan selama satu bulan penuh selama Ramadhan. Tidak ada celah untuk bersedih, walau saat ini dalam kondisi dilanda pandemi covid-19 atau corona. Hal itu diungkapkan DR Tgk Amri Fatmi Anziz saat menjadi … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

Shalat Ied Idul Fitri di Masjid Al Makmur Gampong Lampriek, Minggu (24/05/2020). Foto Nurdinsyam
DR Tgk Amri Fatmi

BANDA ACEH I ACEHHERALD.com – Sudah selayaknya umat Islam menyambut gembira Hari Raya Idul Fitri, sebagai perwujudan kegembiraan dari hasil ibadah sempurna yang dilakukan selama satu bulan penuh selama Ramadhan. Tidak ada celah untuk bersedih, walau saat ini dalam kondisi dilanda pandemi covid-19 atau corona.

Hal itu diungkapkan DR Tgk Amri Fatmi Anziz saat menjadi Khatib Shalat Iedul Fitri 1441 H di Masjid Al Makmur atau Masjid Oman Gampong Lampriek Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, Minggu (24/05/2020). Menurutnya, rasa gembira itu adalah atas nikmat Allah yang memberikan kesehatan dan kemampuan kepada ummatNya untuk beribadah sebulan penuh selama Ramadhan 1441 H. “Jadi janganlah hanya karena pandemi corona ini kita merasa bersedih, karena tak bisa menjumpai sanak saudara atau mudik ke kampung. Tapi bergembiralah atas nikmat Allah, ketika kita bisa beribadah sebulan penuh selama Ramadhan, serta tidak kurang satu apapun ketika corona melanda dunia,” tutur Tgk Amri, doctor akidah filsafat Aceh yang pertama, jebolan Al Azhar Asy Syarif Kairo, dengan predikat Summa Cumlaude itu.

Ditambahkan, kegembiraan telah melaksanakan puasa serta ditutup dengan zakat fitrah, dan kini hanya menunggu ibadah haji bagi yang belum dan telah punya kemampuan. “Bukankah itu satu nikmat yang luar biasa dan wajib disambut dengan rasa gembira, bukan dengan rasa sedih karena dilanda corona. Padahal itu hanyalah sebentuk ujian Allah,” tutur putra Pidie yang mempertahankan disertasi dengan judul  “Kritik Ulama Al-Azhar Terhadap Pemikiran Materialisme Abad 20”, saat meraih gelar doktornya.

Katanya, pada zaman Nabi Muhammad dulu, hari raya memang dianjurkan harus disambut dengan gembira, bahkan Rasulullah membolehkan para sahabat untuk memukul sesuatu agar memunculkan bunyi bunyian sebagai wujud rasa kegembiraan.

Baca Juga:  Azwani Lantik Agha Khan sebagai Ketua ASPPI Sabang

Pada bagian lain Tgk Amri memaparkan secara lebih khusus tentang wabah corona sebagai uji eksistensi keimanan umat Islam. Dengan dasar akidah dan iman yang mumpuni membuat Ummat islam lebih teruji dan konsisten secara mental, sementara kaum kafir di seantero jagad banyak yang terkena penyakit mental. Karena mereka mendewakan ilmiah dan tidak tahu siapa pengendali yang hakiki atas semua fenomena di jagad raya ini.

Shalat Id di Masjid Al Makmur Lampriek. Foto Nurdinsyam

Tgk Amri menyitir masalah imunitas tubuh yang muncul dengan ketenangan jiwa, bukan dengan serangkaian obat obatan. Karena justru sejauh ini virus corona belum diketahui atau didapat vaksin atau obatnya. Namun saat obat belum didapat, jutaan orang telah sembuh, sementara obat belum ada. “Itu adalah karena imunitas tubuh melalui penciptaan lecosyt atau sel darah putih yang melawan sekaligus membunuh virus. Kita ingin  bertanya, siapa yang meciptakan itu semua. Siapa yang mengatu scenario sejelimet itu seluruhnya. Hanya ada satu jawabannya. Allah!!”

Karena itu pula maka ummat Islam tak pernah stress atau depresi menghadapi semua fenomena alam, karena semua itu adalah ujian dari Allah. Dan akibat itupula imunitas Umat Islam jauh lebih kuat dan stabil. Terbukti dari jumlah korban korona yang dominan di negara negara non muslim. “Karena Allah menguji manusia sejak masa dahulu sesuai dengan kondisi kekinian mereka, mulai dari zaman para nabi hingga saat ini dengan materi ujian yang berbeda sesuai masanya. Tujuannya adalah agar manusia mendekat dan lebih mengenal Allah Sang Maha Pencipta.”

Shalat Ie Idul Fitri 1441 di Masjid Oman Al Makmur tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Shalat itu berlangsung dengan menganut protokol covid-19, dimana jamaah memakai masker, serta shaf diatur menurut lembar keramik lantai yang seukuran sajadah. Selain itu, juga tak ada tradisi salam berjabat tangan seperti sebelumnya. Namun secara umum berlangsung khusyuk, tak ada jamaah yang beringsut sebelum tausiyah Ied berakhir.

Baca Juga:  Muslimah Bike Club Juang Bireuen Gowes Bareng, Ini Tujuannya

Khusus di Masjid Oman, dilaksanakan shalat ghaib untuk almarhum Drs H A Rahman Kaoy, salah seorang pendiri Masjid Al Makmur yang juga tokoh dakwah Aceh serta tercatat sebagai anggota MAA. Almarhum meninggal di Pidie, Sabtu (23/05/2020) kemarin.

 

Penulis                  : Nurdinsyam

Berita Terkini

Haba Nanggroe