
BANDA ACEH – ACEHHERALD.COM
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), H Dahlan Djamaluddin mengatakan Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh yang ditunjuk sebagai salah satu rumah sakit rujukan di Tanah Rencong masih ada kekurangan jika menjadi tempat perawatan korban virus corona dan virus baru Covid-19.
“Hingga saat ini, rumah sakit tipe A ini, meski sudah ditunjuk menjadi rumah sakit rujukan pelayanan pasien corona untuk Aceh bersama RS Cut Meutia Lhokseumawe, tapi fasilitasnya masih belum memadai,” katanya.
Sebab, untuk mengetahui seseorang positif terpapar corona dan virus Covid-19 yang ditangani RSUZA, pihak rumah sakit masih harus mengirim sample ke Jakarta dan itu membutuhkan waktu sedikitnya tiga hari baru hasil laboratoriumnya bisa diketahui,” kata Dahlan.
Dahlan yang didampingi sejumlah anggota dewan lainnya mengharap pihak RSUZA dan Dinas Kesehatan Aceh untuk segera melengkapi fasilitas rumah sakit rujukan, baik yang ada di Banda Aceh dan Lhokseumawe.
Untuk mengatasi itu, tambah Ketua DPRA dari Partai Aceh itu, pihaknya mengharapkan Pemerintah Aceh dapat menggunakan Dana Tidak Terpakai (DTT) sebesar Rp 180 miliar yang masih tersedia. “Ya dana ini bisa digunakan untuk hal-hal yang darurat,” kata Dahlan.

Di samping penanganan di dua RSU, Zainoel Abidin Banda Aceh dan Cut Meutia Lhokseumawe, pemerintah Aceh juga diminta menyediakan minimal satu orang dokter yang memiliki kemampuan untuk mengetahui corona di berbagai rumah sakit umum daerah yang tersebar di 23 kabupaten/kota di Aceh, termasuk di daerah perbatasan seperti Kabupaten Aceh Tamiang dan Kota Subulussalam untuk pintu masuk jalur darat.
Juga diperlukan di pintu-pintu masuk jalur udara seperti Bandara Sultan Iskandar Muda Blang Bintang, Aceh Besar, Rembele Bener Meriah, Lasikin Sinabang Kabupaten Simeulue, Tjoet Ali Aceh Selatan, dan Sabang. Dan juga pintu masuk jalur laut. Apalagi Aceh dikelilingi oleh laut lepas.
Laporan : M Nasir Yusuf