BANDA ACEH I ACEHHERALD.com – Musibah yang datang dari Allah adalah cobaan bagi ummatNya, baik itu dalam bentuk susah atau malah gembira. Karenanya ummat Islam diminta senantiasa berdoa dan teruslah berdoa, karena para Ambiya ketika mendapatkan cobaan tak putus berdoa kepada Allah. “Teruslah optimis dan berdoa, karena Allah memberikan cobaan hanya kepada hambaNya yang sanggup menerima cobaan itu. Dan cobaan itu juga telah menimpa orang orang terdahul dari kita.”
Hal itu diungkapkan oleh Ustadz Gamal Akhyar, Lc, MA (Staf Pengajar Fak. Syariah dan Hukum UIN Ar Raniry), saat memberikan tausiyah pada acara tahlilan dan doa kepada korban para syuhada tsunami Aceh, di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeilingke, Kamis (26/12/2019) malam.
Acara itu digagas oleh Komunitas Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI), sebuah wadah himpunan wartawan dan praktisi serta simpatisannya di Banda Aceh dan sekitarnya.
Menurut Ustadz Gamal, dalam menyikapi musibah atau apapun aktifitas keseharian, umat Islam diminta banyak bersyukur dan terus beramal saleh serta istiqamah dengan amalan amalannya. Selain itu, jangan ingat Allah hanya kala susah, tapi ingatlah Allah ketika dalam keadaan lapanga atau maupoun sempit. “Wasiat Rasulullah, kenalilah Allah baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit. Allah akan ingat kamu saat kamu dalam keadaan sempit atau susah,” kata Gamal.
Ustadz itu mengingatkan, manusia yang masih diberikan kesempatan hidup hingga saat ini, hendaknlah terus fastabikul khairat atau berlomba lomba dalam kebaikan. Jikapun ada musibah menimpa, banyak berdoa kepada Allah, berbuat baiklah untuk para insan yang telah mendahului kita, dengan berdoa. Melakukan amalan misalnya bersedeqah untuk almarhum/almarhumah. “Insya Allah, Allah akan memanggil kita dalam keadaan terbaik pula. Berbuat baiklah, selalu karena ketika kita tidur belum ada jaminan untuk bangun dan beraktifitas keesokan harinya, karena tidur adalah kematian kecil. Makanya perbanyaklah dalam kondisi taqwa. Waktu yang berlalu ibarat merajut kain kafan, kapan rajutan itu berakhir, ketika kita dipanggil oleh Allah untuk selamaya,” kata Gamal.
Dalam kegiatan tahlil yang diikuti insan media serta masyarakat umum itu, Ustadz Gamal menambahkan, saat Allah tentukan ajal, maka tidak dimajukan dan tidak pula diakhirkan. Maka bekalilah diri dengan ketaqwaan, dan mengambil ibrah dari musibah tsunami yang telah 15 tahun berlalu.
Tanda kekuasaan Allah sangat luar biasa, kita disuruh mengambil ibrah dari tanda tanda kekuasaan Allah. Tsunami juga terjadi ketika semua hamba Allah sibuk dengan kegiatan duniawi, dan tak menyangka datangnya tsunami dan gempa.
Dalam surat al Akraf ayat 96 dan 97 disebutkan, apakah penduduk penduduk negeri itu merasa aman dari kedatangan siksa Kami di waktu malam, sedang mereka dalam keadaan tidur, seperti gempa di Pijay 7 Desember 2016 lalu, yang berlangaung sebelum subuh saat sebagian masyarakat dalam keadaan tidur. Atau apakah aman dari azab Allah di waktu dhuha seperti gempa dan tsunami Aceh 26 Desember 2004. Tidak ada yang merasa aman dari siksa Allah, kecuali orang orang yang merugi. Karena musibah itu datang sesuai dengan kehendak Allah, karenanya semua insa harus mengambil ibrah dari semua fenomena alam yang datang dari Allah.
Seperti diketahui, hampir seratusan orang wartawan/karyawan media di Aceh berikut keluarganya, menjadi korban musibah gempa dan tsunami yang melanda Aceh, 26 Desember 2004 lalu. Sebagian mereka tak diketahui jasadnya, atau dinyatakan hilang.
Panitia Pelaksana Kegiatan, Tarmizi A Hamid kepada Acehherald.com, mengatakan, acara malam renungan musibah gempa & tsunami Aceh itu juga dirangkai dengan pengajian rutin mingguan KWPSI yang telah berlangsung selama enam tahun terakhir. Dengan lokasi yang berbeda, sesuai kesepakatan dengan anggota dan pengurus.
Penulis : */nurdinsyam