Torreees…..Torreess Dan Jadilah Ia ‘Rijal Tores”

SEORANG bocah memakai kaos lusuh mendekati arena Latihan sepakbola usia dini, Indrapuri Muda. Sang Pembina sekaligus entrenador, Zahruddin, menatap tajam bocah yang terlihat dekil berkulit hitam, layaknya anak anak di Indonesia Timur itu. Sang bocah memakai baju kaos dengan tulisan ‘Tores’ di belakangnya. Ya….siapalagi kalau bukan legenda hidup espanyola, Fernando Torres. Zahruddin memangil dan menanyakan … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

Assanurrijal Tores. Foto Ist

SEORANG bocah memakai kaos lusuh mendekati arena Latihan sepakbola usia dini, Indrapuri Muda. Sang Pembina sekaligus entrenador, Zahruddin, menatap tajam bocah yang terlihat dekil berkulit hitam, layaknya anak anak di Indonesia Timur itu.

Sang bocah memakai baju kaos dengan tulisan ‘Tores’ di belakangnya. Ya….siapalagi kalau bukan legenda hidup espanyola, Fernando Torres. Zahruddin memangil dan menanyakan identitas bocah tersebut, yang ternyata bernama Assanurrijal. “Susah saya menyebutkan nama itu, yang saya lihat dia memakai yersey sedikit kumal dengan nama Torres di belakangnya. Lalu saya memanggil bocah itu dengan Torres, hingga hari hari berikutnya, ia dipanggil oleh teman temannya juga dengan Torres, karena saya menyuruh mereka memanggil nama itu” kata Zahruddin.

Zahruddin

Dari sinilah bermula nama Torres tersematkan untuk Assanurrijal, yang keluarganya terhitung sebagai pesepakbola. Seorang abangnya telah dikenal malangmelintan di sepakbola tarkam Aceh Besar, selain itu sang adik Mhammad Khadafi kini juga tercatat sebagai pemain Persiraja U-20.

Ayah bomber Persiraja itu, Bukhari, juga mantan pesepakbola yang dikenal di seputaran Kecamatan Kutacotglie. Sang Ayah hingga kini berprofesi sebagai pande (pandai) besi. Tepatnya menempa besi menjadi parang, pisau hingga rencong. Torres sendiri telah melakoni pekerjaan itu sejak kelas 5 MIN Lambugak, hingga ia telah juga telah mahir menjadi pande besi. Karena tempaan sebagai perajin besi itulah, membuat The Rising Star from Lambugak kelahiran 2 Maret 1996 itu punya spirit dan stamina lebih di lapangan hijau.

Zahruddin, sosok pertama yang memoles sekaligus penabal nama Torres pada Assanurrijal, menemukan bakat luar biasa pada Rijal Torres dan ini menjadi potensi sebagai pemian bintang. Lalu ia mengasah mutiara di dalam lumpur itu  sejak usia dini, liga pelajar SMP, lalu berlanjut saat masuk skuad Popda Aceh Besar. Kala kilap sudah mulai tampak, Zahruddin pulalah yang membuka pintu profesional untuk Torres saat mengantar anak remaja itu masuk klub Aceh United yang kala itu masih bergulat di divisi 3.

Baca Juga:  Legislator PPP Heran Hakim Agung Digaji Tinggi tapi Jadi Tersangka KPK
Saat Torres tampil di LPI 15-16 di Lhoong Raya.Foto kiriman Zahruddin

Karena fokus di sepakbola, Tores yang tercatat sebagai mahasiswa FKIP Jurusan Olahraga, akhirnya hengkang dari kampus dan fokus di sepakbola. Totalitas sepakbola itu pula yang membuat Torres yang menurut Zahruddin pesepakbola penuh talenta, karena mampu bermain di semua posisi itu, kini menjelma menjadi sosok yang disegani dan ditakuti lawan di lapangan hijau. “Dulu ia sering kami tempatkan sebagai play maker, setelah itu wing serang hingga striker. Dan ia mampu melakoni posisi itu secara perfeck,” kata Zahruddin mengenang mantan anak asuhnya itu.

Secara kasat mata, sosok Tores langsung mengingatkan kita dengan figur fenomenal, Irwansyah, bomber Persiraja kala tampil bersama Tarmizi Rasyid dan Samsul Bahri. Mulai dari warna kulit, bentuk fisik hingga kemampuan heading yang luar biasa. Irwansyah, anak Lhoknga yang menjadi korban tsunami adalah juga ‘Raja Udara’. Sama dengan Tores, sosok Irwansyah juga mampu menembus lini belakang lawan dan mencetak gol di antara lompatan raksasa lini belakang. Irwansyah sendiri pernah dipanggil masuk kandidat Timnas, namun kala itu kalah moncer dengan Kurnia Dwi Julianto dan Widodo C Putro.

Torres juga persis sama. Lihatlah gol keduanya ke gawang Persita di Piala Menpora. Secara licik Torres menyelinap diantara dua tembok belakang Persita, menyambut umpan silang Miftahul Hamdi yang gagal dihempang lawan, dan secara terukur, Torres menghunjamkan bola itu ke gawang Persita dengan heading mautnya. Persis sama dengan gaya Irwansyah, kala Persiraja berhadapan dengan tim tim papan atas negeri ini. Bukan hanya sekadar aksi saat tampil, gaya selebrasi Torres juga nyaris sama dengan almarhum Irwansyah.

Saat Torres remaja meraih juara Piala Menpora usia dini

Kini, Torres from  Lambeugak yang telah terendus secara nasional itu, mulai digoyang isu lamaran klub lain. Salah satunya adalah klub Divisi 2 yang digadang gadang akan terus mengkilap dan tajir. Apa lagi kalau bukan Persis Solo, milik Gibran Jokowi.

Baca Juga:  Danrem Baskoro Tinjau Pengerukan Muara Sungai

Manajemen Persis mungkin tahu jika Tores yang sering menjadi topskor itu sering menjinjing klub klub yang dibelanya naik peringkat liga. Sebut saja Aceh United yang diangkut dari Divisi 3 ke divisi 2, walau akhirnya bubar jalan. Selain itu, Persiraja juga ‘naik kelas’ ke Divisi 1, juga termasuk atas andil Rijal Tores.

Lantas apa komentar Zahruddin sang pembesut dan sang penabal nama Torres? “Keputusan akhir tetap pada Torres. Akan tetapi menurut Saya, jika memang memungkinkan, apa salahnya Torres bertahan sejenak di Persiraja yang telah membesarkan dirinya. Tentu saja ada kompensasi yang mumpuni untuk keputusan tersebut,” Zahruddin.

Yaa….Torres telah menjadi ikon baru Lantak Laju Persiraja. Bahkan ketika anda singgah ke Kecamatan Kuta Cotgli atau klub klub sepakbola di Aceh Besar, jangan tanya nama Assanurijal, karena itu pasti tak dikenal. Tapi tanyakan ‘Torres’, dan semua kalangan telah menempatkan nama itu dalam pikiran mereka. Lantas masih lamakah rakyat Aceh melihat secara live aksi Torres? Mungkin dalam waktu dekat sudah ada jawabannya!!

Berita Terkini

Haba Nanggroe