Peneliti Rusia Klaim Lampu Sheshin Lebih Revolusioner dari Lampu LED

Rusia, Acehherald.com – Beragam model lampu listrik telah diciptakan sejak Thomas Alva Edison menemukannya di tahun 1879. Dari lampu pijar biasa, neon berbahan merkuri hingga LED yang berbasis komponen elektroda terus memasuki pasaran. Setidaknya ada 7 jenis lampu yang kini beredar di masyarakat. Kini lampu LED yang diklaim hemat energi bakal tergeser dengan penemuan ilmuwan … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

Rusia, Acehherald.com – Beragam model lampu listrik telah diciptakan sejak Thomas Alva Edison menemukannya di tahun 1879. Dari lampu pijar biasa, neon berbahan merkuri hingga LED yang berbasis komponen elektroda terus memasuki pasaran. Setidaknya ada 7 jenis lampu yang kini beredar di masyarakat.

Kini lampu LED yang diklaim hemat energi bakal tergeser dengan penemuan ilmuwan Rusia, seperti dikutip dari laman Russia Beyond. Para peneliti dari Institut Fisika dan Teknologi Moskow (MIPT) dan Institut Fisika Lebedev dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia telah membuat prototipe lampu berbahan katodoluminesen untuk penerangan umum.

Lampu baru yang diberi nama ‘Lampu Seshin’ ini bekerja dengan cara seperti TV lama, yakni menggunakan tabung sinar katoda. Sang penemu, Profesor Evgenii Sheshin mengklaim lampu baru ini memiliki banyak keunggulan, seperti memancarkan ragam warna cahaya (dari merah ke ultraviolet) serta tahan hampir semua kondisi.



“Kami telah mencoba meletakkan lampu dalam nitrogen cair, dalam suhu minus 180 derajat Celcius dan lampu itu masih bekerja! Lalu kami memanaskannya hingga 300 derajat Celcius, lampu itu juga masih tetap bekerja,” jelas Profesor Seshin yang menjabat sebagai Wakil Ketua Elektronik Vakum di MIPT.

Menariknya, lampu ini tidak memiliki tanggal kadaluwarsa dan dapat dijual seharga Rp 6.600 jika diproduksi secara massal. Namun ia mengakui, batasan umur lampu hanya sekitar 10.000 jam dibandingkan lampu LED  yang dapat mencapai 50.000 jam.

Prototipe laboratorium dari lampu katodoluminesen dengan konverter tegangan bawaan untuk tutup E27 dengan penyebar (a) dan tanpa penyebar (b). Keterangannya hingga 250 lumens, yaitu setara dengan cahaya lampu pijar 25 watt, tetapi konsumsi daya hanya 5,5 watt.

Namun dalam praktiknya, cahaya LED menjadi redup dengan cepat. “Tidak seperti bohlam LED, lampu kami tidak takut pada suhu tinggi. Anda dapat menggunakannya di mana dioda memudar dengan cepat, seperti pada lampu sorot di langit-langit, di mana pendinginan tidak memadai, ” ujar Dmitry Ozol, rekan penemu proyek ini.

Baca Juga:  'Putin Pertimbangkan Senjata Nuklir kalau Ada Serangan Udara'

Mereka-pun mengklaim bahwa Lampu Sheshin ini adalah alternatif yang ramah lingkungan dibanding lambu neonyang mengandung merkuri. Ini di jelaskan oleh Mikhail Danilkin dari RAS Lebedev Physical Institute, “Beberapa industri yang menggunakan lampu ‘merkuri’ untuk pengolahan air dan desinfeksi udara, misalnya, mungkin akan ragu memakainya. Tetapi ini, lampu Seshin dapat menggantikannya dan digunakan dalam proses dekontaminasi ruang operasi, penyinaran UV pada tenggorokan dan amandel, hingga perawatan penambalan gigi,” paparnya. (RB)


Editor: Salim

Berita Terkini

Haba Nanggroe