Najib Sumpah Laknat di Masjid, Bantah Perintahkan Bunuh Model Mongolia

KUALA LUMPUR, ACEH HERALD.com – Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak mengucap sumpah laknat bahwa dirinya tidak memerintahkan pembunuhan

Model asal Mongolia, Altantuya Shaariibuu yang tewas dibunuh di Malaysia.

KUALA LUMPUR, ACEH HERALD.com – Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak mengucap sumpah laknat bahwa dirinya tidak memerintahkan pembunuhan model asal Mongolia, Altantuya Shaariibuu. Sumpah laknat itu diucapkan Najib di sebuah masjid usai melaksanakan shalat Jumat hari ini.

Sebelumnya putra mantan Perdana Menteri Malaysia, Tun Abdul Razak itu dituduhkan oleh mantan pengawalnya, Azilah Hadri terlibat dalam kasus pembunuhan model asal Mongolia itu.

Namun semua tudingan itu dibantah PM yang naik menggantikan Mahathir Muhammad dan digantikan oleh Mahathir Muhammad. “Pada hari Jumat suci ini dan di masjid suci ini, dengan ini saya bersumpah bahwa saya tidak pernah memerintahkan seseorang untuk membunuh perempuan Mongolia, Altantuya Shaariibuu,” ujar Najib di depan sekitar 1.000 orang di Masjid Jamek di Kampung Baru.

Dilansir AcehHerald.com dari detikcom, “Lebih dari itu, saya belum pernah bertemu atau bahkan mengenalnya,” imbuh mantan pemimpin negeri Jiran berumur 66 tahun itu.

“Saya berdiri dengan kebenaran, saya hanya takut pada Allah,” ujar Najib seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (20/12/2019).

Saat mengucapkan sumpah laknat itu, Najib didampingi istrinya, Rosmah Mansor, dan mantan Wakil PM Ahmad Zahid Hamidi. Sumpah itu diucapkan Najib untuk membantah pernyataan mantan polisi Malaysia, Azilah Hadri, yang menyebut bahwa Najib memerintahkannya untuk membunuh Altantuya. Kini Azilah tengah menghadapi hukuman mati atas pembunuhan model Mongolia tersebut.
Azilah telah meminta Pengadilan Federal untuk meninjau kembali putusan bersalah dan vonis matinya pada tahun 2015 atas pembunuhan Altantuya pada Oktober 2006. Dalam pernyataan tertulis di bawah sumpah atau statutory declaration (SD) yang diajukan bersama permohonan kepada Pengadilan Federal Malaysia untuk mengkaji vonis mati tersebut, Azilah mengatakan bahwa dirinya diperintah oleh Najib menembak mati Altantuya yang disebut sebagai mata-mata asing yang berbahaya. Azilah mengakui dirinya bertemu dan mendapat perintah itu langsung dari Najib yang saat itu menjabat Wakil PM (DPM).

Pernyataan sepanjang 17 halaman itu ditulis dalam bahasa Melayu dan diajukan oleh pengacara Azilah, J Kuldeep Kumar, pada 17 Oktober lalu sebagai bagian dari permohonan pengkajian kepada Pengadilan Federal Malaysia. Disebutkan Azilah bahwa operasi pembunuhan Altantuya hanya diketahui oleh sekelompok kecil, termasuk ajudan Najib saat itu, Musa Safri dan penasihat khusus Najib, Abdul Razak Baginda, serta seorang polisi lainnya bernama Azhar Umar Sirul sebagai eksekutor lain yang membantu Azilah.

Menurut Azilah, Najib dan Abdul Razak menyebut Altantuya sebagai sosok yang ‘pandai bicara dan licik yang akan berbohong bahwa dia hamil’. Disebutkan juga oleh Azilah bahwa Abdul Razak Baginda sempat menuturkan bahwa Altantuya tahu informasi detail soal aset keamanan Malaysia, soal hubungan pribadi antara Najib dan Abdul Razak dengan Altantuya.

Selain memberi perintah untuk membunuh, Azilah mengklaim bahwa Najib juga menyuruhnya menyediakan bahan peledak di gudang senjata dari pasukan khusus polisi Malaysia (UTK) yang akan digunakan untuk memusnahkan jenazah Altantuya.

Altantuya ditembak mati dan tubuhnya diledakkan menggunakan bahan peledak militer di Shah Alam pada 2006. Ia disebut bekerja sebagai penerjemah untuk Abdul Razak Baginda. Perempuan itu dikabarkan menjalin hubungan asmara dengan Abdul Razak Baginda yang menjadi analis politik Najib dari tahun 2000 hingga 2008.

 

editor  : M Nasir Yusuf

Berita Terkini

Haba Nanggroe