
ACEH HERALD.com – Kafilah Kota Lhokseumawe keluar sebagai juara umum Musabaqah Qiraatil Kutub tingkat Provinsi Aceh Tahun 2019. Kepastiann Lhokseumawe sebagai juara umum diperoleh setelah lima cabang dari 10 cabang yang diperlombakan berhasil merebut lima gelar juara satu. Sedangkan, Aceh Besar yang berada di peringkat kedua setelah berhasil memperoleh empat gelar juara.
Lima cabang yang mengantar kafilah Kota Lhokseumawe sebagai juara umum meliputi meliputi Fiqh Putri Predikat Juara 1, Akhlak Putri Predikat Juara 1, Nawh Putra Predikat Juara 1, Pidato Bahasa Arab Putri Predikat Juara 1, dan Pidato Bahasa Indonesia Putra Predikat Juara 1.
Sebagai juara umum, Kota Lhokseumawe berhasil membawa pulang Piala Bergilir MQK Ke-I Aceh Tahun 2019.
Sedangkan empat cabang yang dimenangkan kafilah Aceh Besar meliputi Fiqh Putra dengan Predikat juara 1, Tafsir Putra dengan Predikat juara 1, Tafsir Putri dengan Predikat Juara 1 dan Tarikh Putra dengan Predikat Juara 1.
Untuk perolehan juara ketiga diraih oleh Kabupaten Pidie yang unggul di 3 Cabang yaitu Ushul Fiqh Putra dengan Predikat Juara 1, Ushul Fiqh Putri dengan Predikat juara 1 dan Tauhid Putra dengan Predikat Juara 1.
Kemudian untuk perolehan selanjutnya secara berurutan yaitu Bireuen, Banda Aceh, Aceh Utara, Subulussalam, Aceh Selatan, Aceh Jaya, Nagan Raya, Langsa, Pidie Jaya, Aceh Tamiang, Aceh Tengah, Aceh Timur, Sabang, Aceh Singkil Bener Meriah dan Abdya.
Gaungkan Minat Baca Kitab Kuning
Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, mengajak masyarakat Aceh menggaungkan kembali minat membaca dan mengkaji kitab kuning agar literatur keislaman yang khas tersebut terus terjaga di Aceh.
Hal itu dinyatakan Nova dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Sekda Aceh, Taqwallah, saat menutup Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Ke-I Aceh Tahun 2019 di Asrama Haji, Banda Aceh, Senin (2/12) malam.
“Di tengah derasnya arus informasi belakangan ini, terlihat adanya tren penurunan mengkaji kitab kuning. Ke depan, hal ini bisa berefek pada makin berkurangnya ulama yang menguasai literatur keislaman yang khas tersebut,” ujar Taqwallah di hadapan ratusan peserta lomba membaca kitab tersebut.
Tidak terbatas di kalangan santri dayah, kebiasaan membaca kitab kuning juga diharapkan dapat menyebar luas di kalangan masyarakat umum melalui komunitas-komunitas pengajian di luar dayah.
Taqwallah juga mengatakan, lomba membaca kitab kuning jangan hanya dilihat sebagai perlombaan membaca, menerjemahkan sekaligus menjelaskan kandungan kitab semata. Tetapi, lebih dari itu diharapkan menjadi ajang memperkokoh kultur akademik keilmuan Islam di lingkungan dayah.
Selain itu, event yang baru pertama kali digelar tersebut diharapkan menjadi ajang silaturahmi para santri yang berasal dari berbagai dayah di seluruh Aceh.
“Perlu diingat bahwa santri kini telah menjelma sebagai sebuah kekuatan baru di kalangan generasi muda yang patut diperhitungkan. Karena itu kekompakan para santri mutlak diperlukan,” kata Taqwallah.
Musabaqah Qiraatil Kutub Aceh 2019 merupakan yang pertama kali digelar dan dijadwalkan akan terus berlanjut dan menjadi event tetap setiap tahunnya.
Event yang dimulai sejak 29 November itu memperlombakan sepuluh cabang, yakni fiqh, ushul fiqh, hadist, tafsir, tauhid, tarikh, akhlaq, nahw, pidato bahasa Arab, dan pidato bahasa Indonesia.
Editor : M Nasir Yusuf