SENIN dua hari Bulan September tahun 2024, sekitar pukul 05.20 WIB bakda subuh, sebuah granat–belakangan diduga sebagai bom molotov–, dilemparkan ke teras rumah yang didiami salah seorang kandidat Gubernur Aceh, Bustami Hamzah dan keluarganya di Gampong Pinueng Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Insiden itu hanya tujuh hari sebelum pembukaan PON XXI di Banda Aceh. Saat sebagian tamu atau peserta sudah tiba di Banda Aceh.
Tak ayal perbuatan yang sering terjadi saat konflik masa lalu di Aceh itu, mengundang heboh yang luar biasa. Dari rekaman CCTV secara jelas memperlihatkan molotov itu dilemparkan dari kendaraan sepeda motor yang ditumpangi secara berboncengan dua orang dan melintas di rumah Bustami yang lazim disapa Om Bus. Sekilas tampak seperti dua pemuda bersiluet kerempeng dengan pakaian lusuh.
Pasca insiden, bermacam pendapat bersiliweran, termasuk ada yang nekat membuat opini, itu adalah perbuatan rekayasa ‘menganiaya diri sendiri’ bahkan menyebut, ‘Apa yang tak ada di rumah Bustami, semuanya ada’. Tak tahu apa maksud pernyataan tersebut.
Terhitung hingga hari ini, tercatat telah 29 hari, insiden itu terjadi. Wajar jika banyak pihak bertanya, apa kabar dengan insiden molotov Rumah Om Bus. Karena sejenak kejadian, insiden itu bukan hanya diketahui oleh jajaran Polda dan masyarakat Aceh, namun juga mereka yang peduli dengan Aceh di jajaran Mapolri sana.
Salah seorang mantan Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI (Purn) Teuku Abdul Hafil Fuddin SH SIP MH ikut mengomentari insiden tersebut. Ia meminta jajaran kepolisian untuk mengusut tuntas kasus yang menimpa kediaman Om Bus yang juga salah seorang Cagub Aceh saat ini. “Pengusutan itu dirasa penting untuk memberi label rasa aman bagi Aceh, yang sedang dibanjiri tamu, selebih dari itu untuk terwujudnya kontestasi politik dan pesta demokrasi yang kondusiv jauh dari bentuk tekanan atau bahkan teror,” kata Jenderal Hafil yang juga mantan As Intel Kodam Brawijaya, kala itu sejenak insiden menimpa kediaman Bustami.
Memang Bustami dan keluarganya menyerahkan sepenuhnya pengusutan itu kepada penyidik polisi. Seperti dikatakan isterinya, Mellani Subarni, mereka tak menuduh pihak manapun dalam insiden tersebut, karena itu wewenang penuh pihak penyidik.
Kita tak tahu apakah penyidik telah menyisir seluruh CCTV di seputaran rumah Om Bus, atau termasuk CCTV di Masjid Alfalah sekalipun. Hingga wajah pelaku yang tak berhelem itu diketahui secara pasti. Bisa jadi dalam kasus ini, teman teman di kepolisian Aceh dibantu atensi dari Mabes Polri, hingga hasil penyidikan akan lebih akurat, dan tidak melebar ke hal hal yang di luar kontekstual.
Ah…..jangan jangan insiden ini sudah masuk tahapan Gelar Perkara. Lagi lagi jangan jangan!!. Tapi kita tetap bertanya apa kabar dengan molotov untuk rumah Om Bus.